Semarang, 21 Juni 2025 — SMA Negeri 14 Semarang menjadi tuan rumah dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang diselenggarakan oleh Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Semarang (UNNES). Kegiatan ini mengusung tema “Garda Pesisir: Integrasi Budaya Pesisir dalam Pembelajaran”, sebagai wujud nyata implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam aspek pengabdian kepada masyarakat yang sarat dengan semangat Kampus Berdampak.

Dipimpin oleh Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum. sebagai ketua tim, program ini turut melibatkan akademisi dan praktisi pendidikan lainnya yakni Dr. Mulyono, M. Hum., Dr. Meina Febriani, M.Pd., dan Feylosofia Putri Agry, S.Pd., M.Pd. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh guru dan tenaga kependidikan SMA Negeri 14 Semarang, yang sejak lama dikenal sebagai sekolah berwawasan lingkungan (Sekolah Adiwiyata) dan terletak di kawasan pesisir utara Kota Semarang.

Kegiatan yang berlangsung satu hari penuh ini menyoroti pentingnya pemanfaatan kearifan lokal pesisir sebagai sumber belajar yang kontekstual, relevan, dan bermuatan nilai-nilai budaya. Integrasi budaya pesisir ke dalam pembelajaran diharapkan mampu memperkuat identitas siswa, mengembangkan kesadaran ekologis, serta menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.

Dalam sambutannya, Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum. menegaskan bahwa pendidikan harus berakar pada kekayaan lokal yang dimiliki bangsa Indonesia.

“Melalui program Garda Pesisir ini, kami ingin mengajak para guru untuk tidak hanya mengajar berdasarkan kurikulum nasional, tetapi juga mengangkat kekayaan budaya pesisir sebagai bahan ajar yang mampu menanamkan karakter dan jati diri siswa. Inilah bentuk konkret kontribusi kampus dalam penguatan literasi budaya di sekolah,” ujar beliau.

SMA Negeri 14 Semarang yang berada di kawasan pesisir dan telah lama mengusung program pendidikan berwawasan lingkungan, menyambut baik inisiatif ini. Kolaborasi tersebut dinilai sangat relevan dan memperkuat visi sekolah sebagai pelopor pembelajaran kontekstual dan berkarakter.

Ibu Aniek Windrayani, S.Pd., M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 14 Semarang menyampaikan apresiasi atas kegiatan ini. Menurutnya, kolaborasi dengan UNNES membuka ruang baru bagi guru untuk mengembangkan pembelajaran berbasis budaya lokal yang lebih membumi dan berdampak.

“Kami merasa sangat terbantu dan tercerahkan. Selama ini, upaya kami dalam mengintegrasikan nilai-nilai Adiwiyata belum banyak menyentuh aspek kebudayaan. Kehadiran tim dosen dari UNNES membuka perspektif baru bahwa budaya pesisir bukan hanya warisan, tetapi juga sumber daya pedagogis yang luar biasa,” tutur beliau.

Dalam sesi workshop yang interaktif, para guru diajak mengeksplorasi materi-materi ajar dari perspektif budaya pesisir, seperti cerita rakyat, sistem kepercayaan lokal, praktik nelayan tradisional, hingga bahasa khas pesisir. Kegiatan ini tidak hanya bersifat teoritis, melainkan juga menghadirkan simulasi pembelajaran berbasis proyek dan pendekatan literasi lingkungan.

Salah satu guru bahasa Indonesia, Bapak Sudarminto, S.Pd., mengungkapkan bahwa kegiatan ini sangat memotivasi guru untuk memperkaya materi ajar yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa.

“Banyak siswa kami yang tinggal di wilayah pesisir, namun jarang yang melihat nilai-nilai budaya sekitarnya sebagai sesuatu yang penting. Melalui program ini, kami bisa menjembatani antara tradisi lokal dengan pembelajaran modern. Ini menjadi titik temu antara budaya dan pendidikan,” ujarnya dengan semangat.

Program “Garda Pesisir” diharapkan tidak berhenti sebagai kegiatan sesaat, melainkan menjadi awal dari jejaring kemitraan berkelanjutan antara dunia akademik dan satuan pendidikan. Ke depan, integrasi budaya lokal, khususnya budaya pesisir, diyakini dapat memperkaya kurikulum sekolah serta membentuk peserta didik yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga tangguh dalam menghadapi perubahan zaman dengan tetap berakar pada identitas kebudayaan sendiri.

Melalui kegiatan ini, UNNES dan SMA Negeri 14 Semarang bersama-sama menunjukkan bahwa pendidikan yang berdampak adalah pendidikan yang memahami konteks, menjunjung budaya, serta menumbuhkan cinta lingkungan. Semangat inilah yang menjadi garda terdepan bagi pendidikan Indonesia yang berkelanjutan dan bermakna.

Penulis Artikel
Ely Nuryani, S.Pd.
Ketua Tim Humas  SMA Negeri 14 Semarang

Editor
Yuli Agus Setyawan, S.Pd.

Tim  Humas SMA Negeri 14 Semarang